![]() |
Dampak covid terhadap pertanian [Ilustrasi: tirto.id] |
RUMAHLADANG.MY.ID - Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan. Petani kecil, yang selama ini berperan penting dalam menyediakan bahan pangan bagi masyarakat, menghadapi tantangan besar akibat pembatasan mobilitas, gangguan distribusi, dan fluktuasi harga. Kita perlu memahami bagaimana dampak ini terjadi dan mencari solusi agar sektor pertanian tetap bertahan dalam kondisi sulit.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi petani kecil selama pandemi adalah kesulitan dalam menjual hasil panen. Pembatasan aktivitas di pasar tradisional membuat banyak petani kesulitan menjangkau pembeli. Akibatnya, stok hasil pertanian menumpuk tanpa bisa dijual dengan harga yang layak. Kita sering melihat berita tentang petani yang terpaksa membuang hasil panennya karena tidak ada yang membeli, sementara di sisi lain masyarakat mengalami kenaikan harga pangan di pasar.
Gangguan dalam rantai pasok pangan juga menjadi masalah besar. Transportasi yang terbatas akibat kebijakan lockdown menyebabkan keterlambatan dalam pengiriman hasil pertanian dari desa ke kota. Tidak hanya itu, harga pupuk dan benih melonjak akibat kelangkaan pasokan, sehingga biaya produksi meningkat. Kita perlu menyadari bahwa kondisi ini semakin menekan petani kecil yang tidak memiliki modal besar untuk bertahan dalam jangka panjang.
Selain itu, tenaga kerja di sektor pertanian juga berkurang selama pandemi. Banyak pekerja migran yang biasanya membantu proses tanam dan panen tidak bisa kembali ke desa mereka karena pembatasan perjalanan. Hal ini menyebabkan produktivitas pertanian menurun, yang pada akhirnya berdampak pada ketersediaan pangan di pasar. Kita harus memahami bahwa pertanian tidak hanya bergantung pada petani, tetapi juga pada sistem tenaga kerja yang mendukung produksi secara keseluruhan.
Di sisi lain, ada juga inovasi yang muncul untuk mengatasi tantangan ini. Digitalisasi pertanian semakin berkembang dengan munculnya platform daring yang menghubungkan petani langsung dengan konsumen. Kita melihat semakin banyak petani yang mulai memanfaatkan media sosial dan aplikasi berbasis teknologi untuk menjual hasil panennya tanpa harus melalui tengkulak. Hal ini tidak hanya membantu petani mendapatkan harga yang lebih adil, tetapi juga memperpendek rantai pasok sehingga pangan lebih cepat sampai ke tangan konsumen.
Pemerintah dan berbagai organisasi juga telah berusaha membantu petani kecil dengan memberikan bantuan berupa subsidi pupuk, bibit gratis, serta program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam menghadapi tantangan baru. Namun, kita tidak bisa hanya mengandalkan bantuan ini saja. Kita semua perlu berperan aktif dalam mendukung sektor pertanian, baik dengan membeli produk lokal langsung dari petani, mendukung kebijakan pro-pertanian, atau bahkan mulai bercocok tanam sendiri untuk mengurangi ketergantungan pada pasar.
Pandemi memang memberikan tantangan besar bagi petani kecil dan rantai pasok pangan, tetapi juga membuka peluang untuk beradaptasi dengan cara baru. Kita harus mengambil pelajaran dari krisis ini dan memastikan bahwa sistem pertanian kita menjadi lebih tangguh di masa depan. Dengan mendukung petani kecil dan memperkuat rantai pasok pangan, kita tidak hanya menjaga ketahanan pangan nasional, tetapi juga membantu jutaan keluarga petani untuk tetap bertahan dan berkembang.
0 Komentar